Pindah jam siaran memang menyebalkan, tapi aku ingin membuktikan bahwa aku loyal terhadap pekerjaan.
Aku adalah Sergei Frost, penyiar radio yang biasanya membawakan musik yang direquest oleh para pendengar. Tapi karena musim dingin, banyak yang cuti sakit. Maka aku dipindahtugaskan ke acara yang katanya sangat penting bagi radio itu, yaitu My Diary. Aku bahkan belum pernah mendengarnya karena disiarkan jam sembilan malam pada akhir minggu, waktu di mana aku belum pulang ke rumah. Karena pemindahan waktu tugas ini, aku terpaksa mengorbankan jam mainku di akhir minggu ini. Meski belum pernah mendengarnya, secara garis besar aku tahu teknis acaranya dari produser pelaksanaku.
My Diary adalah acara yang membiarkan seorang pendengar menelepon ke stasiun radio dan menceritakan kisah-kisahnya yang paling berkesan di hati. Mendengar itu saja aku sudah merasa aneh. Aku harus merelakan jam mainku hanya untuk acara ini.
Tapi aku menjadi tertarik pada acara ini karena suatu hal, yaitu dengan siapa aku berbicara. Nickname-nya Summer Glow. Mengingatkanku pada sesuatu, tapi aku harus memastikannya dulu. Ia adalah perempuan berusia 22 tahun dan bekerja sebagai perawat. Tidak salah lagi.
“Selamat malam para pendengar yang setia, gw Frostbite yang akan menjadi host kalian semua untuk malam ini,” salamku ketika siaran dimulai. Aku tak pernah menyebut nama asliku ketika siaran.
“Orang yang akan menceritakan kehidupannya kali ini adalah seorang perempuan ber-nickname Summer Glow, berusia 22 tahun yang bekerja sebagai perawat. Dia tidak ingin menyebutkan di mana tempat tinggalnya, tapi langsung saja kita sapa, Summer!”
“Hai!” jawabnya dengan ceria melalui telepon.
“Summer Glow, nick name loe unik sekali. Dari mana sih asalnya?”
“Gw ingat beberapa tahun lalu ada seseorang yang memanggil gw demkian di malam musim panas. Katanya, gw bersinar seperti fireflies. Tapi itu sudah lama sekali.”
“Dan loe mau menceritakan itu?”
“Bukan, tapi yang telah terjadi pada akhir musim panas lalu.”
“Kami semua siap mendengarkan.”
“Ok. Dua tahun yang lalu gw lulus akademi dan magang di sebuah rumah sakit. Gw bekerja 24 jam sehari dan setelah itu libur satu hari dan begitu seterusnya. Awalnya memang agak melelahkan, tapi tidak lagi sejak seorang dokter muda bidang general surgery mengisi hati gw. Sebut saja namanya Storm.”
“Storm dan Summer, sepertinya tidak cocok ya?”
“Andai gw tahu itu dari awal. Hubungan kami memang sempat naik turun. Dia sangat tampan sehingga banyak perempuan yang menyukainya. Tapi itu juga karena salah gw, yang sering kali tergila-gila pada pria tampan, bahkan pada dokter kucing gw.”
“Sepertinya sudah jelas kalian sulit untuk bersama.”
“Andai gw tahu itu dari awal, tapi dia sangat lovable. Gw ngga bisa lepas dari dirinya, hingga hari itu terjadi.”
Hening sebentar. Aku tahu ia sedang mempersiapkan emntalnya untuk menceritakan itu. “Kami siap mendengarkan.”
“OK. Waktu itu Sabtu malam tanggal 4 Agustus, di kafe pinggir muara sungai canal street. Satu setengah tahun hubungan gw dengannya bisa dihitung dengan dua tangan sudah berapa kali kami kencan, termasuk yang itu, karena selain shift yang berbeda frekuensinya, ia sangat sibuk bahkan di jam bebasnya. Makanya, setiap kali kencan, gw senang banget. Tempatnya pun sangat romantis.”
“Sepertinya loe senang sekali.”
“Tentu saja gw senang. Apalagi malam itu ia memberikan cincin berlian. Ia melamar gw ketika itu. Bisa dibayangkan betapa gw sangat bahagia ketika itu.”
“Oh, terus?”
“Tapi itu tidak lama. Esok paginya, gw berangkat kerja. Siangnya ketika ingin mempersiapkan ruang operasi untuk korban tembak, gw menemukan Storm sedang bermesraan dengan, sebut saja Lily, dokter prenatal surgery, di ruang operasi itu. Gw berusaha menahan rasa sakit, dan tetap profesional sambil berkata ‘Dokter Storm, anda akan mengoperasi korban luka tembak. Bersiap-siaplah.’ Gw sakit hati banget! Gw sudah memberikan segalanya kepadanya, bahkan gw sudah tidur dengannya.”
“Apakah seluruh rumah sakit tahu hubungan kalian?”
“Ya, termasuk dokter prenatal surgery itu.”
“Lalu, apa yang terjadi.”
“Malamnya, gw ijin pulang karena merasa ngga enak badan. Mungkin implikasi dari kejadian siang itu. Tapi langit tidak mengijinkan gw pulang, hujan deras datang ketika itu. Dan Dokter Storm sudah berada di belakang gw ketika gw sedang menunggu hujan. Gw tidak ingat dia bilang apa, tapi dia hanya mengaku menyesal. Gw sudah mendengar itu ribuan kali, dan gw ngga tahan lagi. Gw banting cincin itu di hadapannya, lalu pergi. Itulah terakhir kalinya gw melihatnya. Gw bahkan sampai pindah kerja. Sekarang gw kerja di Whitedale Hospital.”
“Deket dengan kantor pusat radio ini donk.”
“Oh ya? Seberapa dekat?”
“Sepuluh menit naik bus. Lalu apa yang akan loe lakukan dengan kehidupan loe? Sudah siap untuk jatuh cinta lagi?’
“Gw akan hidup seperti biasa. Masalah laki-laki, gw belum tahu. Gw masih trauma.”
“Sebelum loe mengakhiri siaran ini, bisa loe ceritakan dari mana asal nickname Summer Glow itu?”
“Ok. Seseorang, sebut saja Frost, memberikan nama itu di pertengahan musim panas lima tahun lalu, tepat sebelum gw masuk akademi. Dia laki-laki yang baik, ramah, dan tidak mudah tergila-gila pada perempuan. Dia teman gw sejak kecil, jadi gw tahu hal itu. Di suatu malam, ia mengajak gw ke tempat di mana fireflies biasa muncul. Banyak sekali, sangat indah. Dan tepat ketika itu, ia memanggil gw Sumer Glow. Sebenarnya ia memberikan satu nickname lagi.”
“Apa itu?”
“Rahasia dong. Yang jelas, jika bisa gw ingin sekali bertemu lagi dengannya.”
“Kenapa?”
“Rahasia dong.”
“Rahasia terus sih. Ya udah, masih ada lagi yang ingin diceritakan?”
“Sepertinya ngga ada deh. Sudah dulu ya. Kalau ada cerita lagi, gw telepon deh.”
“Baiklah. Sampai jumpa, Summer Sunshine!”
“Bye! Eh?”
Hubungan telepon sudah terputus, dan aku siap untuk menutup acara. “Inilah akhir dari acara My Diary, semoga malam kalian cukup menyenangkan. Terutama karena ini weekend, ngga ada salahnya dong bersenang-senang di rumah sambil mendengarkan acara radio ini. Kita bertemu lagi minggu depan. Bye.”
Aku langsung mengambil jaketku yang tebal dan berwarna hitam segera setelah aku keluar dari ruang siaran. Aku ingin pergi, ke Whitedale Hospital. Akulah Frost dalam cerita Summer Glow.
Elena Summer, itulah nama aslinya. Dan benar aku memberikan nama itu tepat sebelum ia pergi ke luar kota untuk belajar di akademi keperawatan. Summer Glow dan Summer Sunshine. Nama asli Dokter Storm adalan Jack Storm, kakak dari teman kuliahku. Aku tahu hubungan itu, tapi ia tidak tahu aku tahu.
Tapi sekarang ia sendiri. Dan aku sudah mendengar bahwa ia ingin bertemu denganku. Mungkin ia sedang tidak bekerja, tapi aku bisa tahu di mana tempat ia tinggal.
Elena Summer, perempuan kecil yang selalu ceria dan bersinar di mataku. Itulah mengapa aku memanggilnya Summer Glow. Dan aku masih menginginkannya.
Aku adalah Sergei Frost, penyiar radio yang biasanya membawakan musik yang direquest oleh para pendengar. Tapi karena musim dingin, banyak yang cuti sakit. Maka aku dipindahtugaskan ke acara yang katanya sangat penting bagi radio itu, yaitu My Diary. Aku bahkan belum pernah mendengarnya karena disiarkan jam sembilan malam pada akhir minggu, waktu di mana aku belum pulang ke rumah. Karena pemindahan waktu tugas ini, aku terpaksa mengorbankan jam mainku di akhir minggu ini. Meski belum pernah mendengarnya, secara garis besar aku tahu teknis acaranya dari produser pelaksanaku.
My Diary adalah acara yang membiarkan seorang pendengar menelepon ke stasiun radio dan menceritakan kisah-kisahnya yang paling berkesan di hati. Mendengar itu saja aku sudah merasa aneh. Aku harus merelakan jam mainku hanya untuk acara ini.
Tapi aku menjadi tertarik pada acara ini karena suatu hal, yaitu dengan siapa aku berbicara. Nickname-nya Summer Glow. Mengingatkanku pada sesuatu, tapi aku harus memastikannya dulu. Ia adalah perempuan berusia 22 tahun dan bekerja sebagai perawat. Tidak salah lagi.
“Selamat malam para pendengar yang setia, gw Frostbite yang akan menjadi host kalian semua untuk malam ini,” salamku ketika siaran dimulai. Aku tak pernah menyebut nama asliku ketika siaran.
“Orang yang akan menceritakan kehidupannya kali ini adalah seorang perempuan ber-nickname Summer Glow, berusia 22 tahun yang bekerja sebagai perawat. Dia tidak ingin menyebutkan di mana tempat tinggalnya, tapi langsung saja kita sapa, Summer!”
“Hai!” jawabnya dengan ceria melalui telepon.
“Summer Glow, nick name loe unik sekali. Dari mana sih asalnya?”
“Gw ingat beberapa tahun lalu ada seseorang yang memanggil gw demkian di malam musim panas. Katanya, gw bersinar seperti fireflies. Tapi itu sudah lama sekali.”
“Dan loe mau menceritakan itu?”
“Bukan, tapi yang telah terjadi pada akhir musim panas lalu.”
“Kami semua siap mendengarkan.”
“Ok. Dua tahun yang lalu gw lulus akademi dan magang di sebuah rumah sakit. Gw bekerja 24 jam sehari dan setelah itu libur satu hari dan begitu seterusnya. Awalnya memang agak melelahkan, tapi tidak lagi sejak seorang dokter muda bidang general surgery mengisi hati gw. Sebut saja namanya Storm.”
“Storm dan Summer, sepertinya tidak cocok ya?”
“Andai gw tahu itu dari awal. Hubungan kami memang sempat naik turun. Dia sangat tampan sehingga banyak perempuan yang menyukainya. Tapi itu juga karena salah gw, yang sering kali tergila-gila pada pria tampan, bahkan pada dokter kucing gw.”
“Sepertinya sudah jelas kalian sulit untuk bersama.”
“Andai gw tahu itu dari awal, tapi dia sangat lovable. Gw ngga bisa lepas dari dirinya, hingga hari itu terjadi.”
Hening sebentar. Aku tahu ia sedang mempersiapkan emntalnya untuk menceritakan itu. “Kami siap mendengarkan.”
“OK. Waktu itu Sabtu malam tanggal 4 Agustus, di kafe pinggir muara sungai canal street. Satu setengah tahun hubungan gw dengannya bisa dihitung dengan dua tangan sudah berapa kali kami kencan, termasuk yang itu, karena selain shift yang berbeda frekuensinya, ia sangat sibuk bahkan di jam bebasnya. Makanya, setiap kali kencan, gw senang banget. Tempatnya pun sangat romantis.”
“Sepertinya loe senang sekali.”
“Tentu saja gw senang. Apalagi malam itu ia memberikan cincin berlian. Ia melamar gw ketika itu. Bisa dibayangkan betapa gw sangat bahagia ketika itu.”
“Oh, terus?”
“Tapi itu tidak lama. Esok paginya, gw berangkat kerja. Siangnya ketika ingin mempersiapkan ruang operasi untuk korban tembak, gw menemukan Storm sedang bermesraan dengan, sebut saja Lily, dokter prenatal surgery, di ruang operasi itu. Gw berusaha menahan rasa sakit, dan tetap profesional sambil berkata ‘Dokter Storm, anda akan mengoperasi korban luka tembak. Bersiap-siaplah.’ Gw sakit hati banget! Gw sudah memberikan segalanya kepadanya, bahkan gw sudah tidur dengannya.”
“Apakah seluruh rumah sakit tahu hubungan kalian?”
“Ya, termasuk dokter prenatal surgery itu.”
“Lalu, apa yang terjadi.”
“Malamnya, gw ijin pulang karena merasa ngga enak badan. Mungkin implikasi dari kejadian siang itu. Tapi langit tidak mengijinkan gw pulang, hujan deras datang ketika itu. Dan Dokter Storm sudah berada di belakang gw ketika gw sedang menunggu hujan. Gw tidak ingat dia bilang apa, tapi dia hanya mengaku menyesal. Gw sudah mendengar itu ribuan kali, dan gw ngga tahan lagi. Gw banting cincin itu di hadapannya, lalu pergi. Itulah terakhir kalinya gw melihatnya. Gw bahkan sampai pindah kerja. Sekarang gw kerja di Whitedale Hospital.”
“Deket dengan kantor pusat radio ini donk.”
“Oh ya? Seberapa dekat?”
“Sepuluh menit naik bus. Lalu apa yang akan loe lakukan dengan kehidupan loe? Sudah siap untuk jatuh cinta lagi?’
“Gw akan hidup seperti biasa. Masalah laki-laki, gw belum tahu. Gw masih trauma.”
“Sebelum loe mengakhiri siaran ini, bisa loe ceritakan dari mana asal nickname Summer Glow itu?”
“Ok. Seseorang, sebut saja Frost, memberikan nama itu di pertengahan musim panas lima tahun lalu, tepat sebelum gw masuk akademi. Dia laki-laki yang baik, ramah, dan tidak mudah tergila-gila pada perempuan. Dia teman gw sejak kecil, jadi gw tahu hal itu. Di suatu malam, ia mengajak gw ke tempat di mana fireflies biasa muncul. Banyak sekali, sangat indah. Dan tepat ketika itu, ia memanggil gw Sumer Glow. Sebenarnya ia memberikan satu nickname lagi.”
“Apa itu?”
“Rahasia dong. Yang jelas, jika bisa gw ingin sekali bertemu lagi dengannya.”
“Kenapa?”
“Rahasia dong.”
“Rahasia terus sih. Ya udah, masih ada lagi yang ingin diceritakan?”
“Sepertinya ngga ada deh. Sudah dulu ya. Kalau ada cerita lagi, gw telepon deh.”
“Baiklah. Sampai jumpa, Summer Sunshine!”
“Bye! Eh?”
Hubungan telepon sudah terputus, dan aku siap untuk menutup acara. “Inilah akhir dari acara My Diary, semoga malam kalian cukup menyenangkan. Terutama karena ini weekend, ngga ada salahnya dong bersenang-senang di rumah sambil mendengarkan acara radio ini. Kita bertemu lagi minggu depan. Bye.”
Aku langsung mengambil jaketku yang tebal dan berwarna hitam segera setelah aku keluar dari ruang siaran. Aku ingin pergi, ke Whitedale Hospital. Akulah Frost dalam cerita Summer Glow.
Elena Summer, itulah nama aslinya. Dan benar aku memberikan nama itu tepat sebelum ia pergi ke luar kota untuk belajar di akademi keperawatan. Summer Glow dan Summer Sunshine. Nama asli Dokter Storm adalan Jack Storm, kakak dari teman kuliahku. Aku tahu hubungan itu, tapi ia tidak tahu aku tahu.
Tapi sekarang ia sendiri. Dan aku sudah mendengar bahwa ia ingin bertemu denganku. Mungkin ia sedang tidak bekerja, tapi aku bisa tahu di mana tempat ia tinggal.
Elena Summer, perempuan kecil yang selalu ceria dan bersinar di mataku. Itulah mengapa aku memanggilnya Summer Glow. Dan aku masih menginginkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar